Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan 1439 H.
(Che) Bersilaturahim dan ikrar saling meminta maaf sekaligus merenda hidup menuju langkah baru yang lebih baik dimasa depan dilakukan pada bulan syawal, segala dosa yang demikian besar diampuni untuk kembali menjadi manusia yang fitri.
Sabtu 23 Juni 2018 bertempat di Auditorium kampus 1, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan syawalan dan juga pelepasan 17 calon jamaah Haji 2018 yang terdiri dari dosen dan karyawan. Acara syawalan disamping dihadiri dosen dan karyawan, juga hadir tamu undangan seperti kepala kejaksaan tinggi DIY, koordinator kopertis V, Rektor UNISA, Direktur Bank BPD DIY, dan rekanan kerja UAD yang tampak hadir pada acara syawalan tersebut.
Acara syawalan dibuka secara resmi oleh Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. Dalam sambutannya menyampaikan “gedung dan fasilitas yang mewah belum tentu mempengaruhi kinerja menjadi lebih baik. “UAD perlu dikelola dengan baik, apalagi kita merupakan kampus swasta, kita semua harus kerja ekstra. Beliau juga menekankan etos kerja seluruh unsur civitas yang ada di UAD, untuk selalu mengedepankan pelayanan mahasiswa yaitu dengan menerapkan delapan etos kerja yang meliputi kerja ikhlas, Keras, cerdas, tuntas, mumtas, sinergitas, mawas, dan juga trust. Rektor UAD juga melepas 17 jamaah calon haji UAD 2018 dengan harapan “Semoga diridhoi Alloh SWT dan menjadi Haji yang mabrur.
Koordinator Kopertis V (Dr. Bambang Supriyadi, CES.,DEA.) dalam sambutannya mengharapkan dosen – dosen UAD yang masih magister harus segera bergelar doktor untuk meningkatkan kualitas. Beliau juga menyampaikan Saat ini UAD merupakan salah satu dari 68 perguruan tinggi yang telah terakreditasi A di Indonesia dari 4000 kampus, dan 6 yang terakreditasi A berasal dari kampus Yogyakarta.
Syawalan diisi dengan tausiyah dari Dr. Haedar Nashir, M.Si. (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah). Dalam tausiyahnya beliau menyampaikan ” kita yang sudah mempunyai akal baligh harus bisa memanfatkan media sosial untuk berbagi pada hal-hal yang menyangkut kebajikan. “Ujian dalam bermedia sosial adalah akhlak yang buruk, ini harus dihindari. Sebab media sosial itu bebas. Media ini banyak mereproduksi dan memproduksi hal-hal yang memicu disintegrasi, untuk itu pentingnya mengaktualisasikan nilai-nilai silaturahmi secara lebih berkualitas baik di keluarga, masyarakat,lingkungan kerja, bahkan kehidupan keumatan dan kebangsaan. “Terang beliau.
/(ns)