Pewarna alami sesuai namanya didapatkan dari bahan alam, utamanya dari tumbuh-tumbuhan, baik dari bagian kayu, kulit kayu, akar, daun, maupun bunga. Namun tidak semua pewarna alami dapat digunakan sebagai pewarna kain. Sumber zat warna alami yang digunakan antara lain mahoni, jalawe, teger, jambal, dan tingi yang memberikan warna kecoklatan atau sogan, serta kayu secang yang memberikan warna merah muda. Namun pembuatan kain batik pewarna alami ini tidak tanpa kendala, zat warna alami cenderung memiliki kekuatan ikat ke kain katun yang rendah sehingga proses produksi tidak sepraktis menggunakan zat warna sintetis.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan bekerja sama dengan Joglo Balai Agung Cendana, Semaki Yogyakarta mengadakan pelatihan batik tulis dan teknologi pewarna alami. Pelatihan ini diinisiasi oleh Dr. Ir. Zahrul Mufrodi, S.T., M.T., IPM selaku ketua dengan anggota Rachma Tia Evitasari, S.T., M.Eng. dan Bambang Robi’in, S.T., M.T. Pelatihan dibuka oleh GKBRAA Paku Alam.
Dimana pelatihan dilaksanakan di Joglo Balai Agung Cendana.
Batik yang banyak beredar di masyarakat saat ini adalah batik dengan pewarna sintetis atau naphtol. Limbah air dari penggunaan naphtol dapat mencemari air dan lingkungan. Berbeda dengan batik dengan pewarna alami, memiliki warna yang unik dan kalem. Selain itu, Pewarna alami juga umumnya merupakan zat antioksidan aktif.
Penyuluhan pelatihan pewarnaan kain bertujuan agar para pengrajin batik paham proses-proses yang terjadi pada pewarnaan kain. Utuk medapatkan warna pada kain proses yang dilalui tidak hanya mencelupkan kain ke dalam pewarna. Ada proses awal dengan menambahkan bahan mordan yang berfungsi untuk menjembatani kain dengan pewarna alami, umumnya mordan yang digunakan adalah mordan logam seperti tawas, tunjung, dan kapur. Setelah proses pra-mordanting, kain baru dicelupkan ke dalam pewarna, proses ini harus dilakukan berkali-kali agar mendapatkan warna yang diinginkan. Proses yang terakhir yaitu fiksasi dengan mordan, untuk mengunci warna pada kain agar tidak mudah luntur.
Saat ini tim dari UAD mengembangkan proses mordanting menggunakan kitosan. Kitosan berasal dari kulit udang, sehingga ramah lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, penambahan kitosan akan meningkatkan warna yang terserap pada kain, sehingga warna yang dihasilkan menjadi lebih gelap. Penggunaan kitosan akan meningkatkan penyerapan zat warna ke dalam kain, sehingga diharapkan proses pewarnaan akan menjadi lebih cepat dan tidak memerlukan pencelupan berkali-kali.